ORBITAL DAN PERANANNYA DALAM IKATAN KOVALEN
A.
Hibridisasi nitrogen dan oksigen
Ikatan kovalen tidak
hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi juga dapat dibentuk oleh
atom-atrom lain. Semua ikatan kovalen
yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat dijelaskan dengan
orbital hibridasi. Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan pada atom
karbon. Banyak gugus fungsi penting dalam senyawa organik mengandung nitrogen
atau oksigen.
a. Nitrogen
Secara
elektronika, nitrogen sama dengan karbon, dan orbital atom dari nitrogen
berhibridisasi menurut cara yang sangat bersamaan dengan karbon.
Hibridisasi
nitrogen sp3
Seperti yang
ditunjukkan diagram orbital ini, nitrogen dapat menghibridisasi keempat orbital
atom tingkat kedua menjadi empat orbital ikatan sp3 yang ekuivalen.
Namun demikian, perhatikan satu perbedaan penting antara nitrogen dan dan
karbon. Karbon mempunyai empat elekron untuk dibandingkan dalam empat orbital
sp3, sedangkan nitrogen mempunyai lima elektron yang didistribusikan
dalam empat orbital sp3. Satu orbital sp3 dari nitrogen
diisi dengan sepasang elektron, dan nitrogen dapat membentuk senyawa dengan
hanya tiga ikatan kovalen terhadap atom lain.
Molekul amonia mengandung atom nitrogen sp3
yang terikat pada tiga atom hidrogen.
Ketika terdapat tiga
elektron tak berpasangan mengisi orbital 2p, ini memungkinkan orbital 1s dari
hidrogen untuk overlap dengan orbital 2p tersebut membentuk ikatan sigma.
Nitrogen memiliki lima elektron pada kulit terluarnya. Pada hibridisasi sp3,satu
orbital sp3 diisi oleh dua elektron dan tiga orbital sp3
diisi masing-masing satu elektron. Hibridisasi sp3 Ikatan sigma
terbentuk dari overlap orbital hibrida sp3 yang tidak berpasangan
tersebut dengan orbital 1s dari hidrogen menghasilkan molekul ammonia. Dengan
demikian, ammonia memiliki bentuk geometri tetrahedral yang mirip dengan
metana. Ikatan N-H memiliki panjang 1.01A dan kekuatan ikatan 103 kkal/mol.
Analog
dengan karbon, maka dapat diharapkan bahwa sudut ikatan H-N-H dalam NH3
adalah 109,5˚. Percobaan
menunjukkan bahwa hal ini tidak demikian, sudut ikatan dalam NH3
adalah 107,3˚. Suatu
keterangan untuk ini adalah bahwa sudut ikatan ditekan oleh orbital yang terisi
dengan elektron menyendiri yang besar ukurannya. (Karena elektron dalam orbital
terisi ini ditarik hanya ke satu inti saja dan bukan kedua inti, maka mereka
terikat kurang kuat; karena itu, orbital yang terisi lebih besar daripada
orbital sigma N-H). Bila atom selain hydrogen terikat ke nitrogen sp3,
sudut ikatan yang diamati lebih dekat ke sudut
tetrahedral 109,5˚, karena
tolakan antara gugus yang lebih besar ini.
Hibridisasi nitrogen
sp2
Nitrogen memiliki tiga
elektron tak berpasangan pada orbital hibrid sp3, ketika satu
elektron dalam orbital hibrida tersebut tereksitasi ke orbital p maka terbentuk
hibrida baru, yaitu sp2. Elektron pada orbital p digunakan untuk
membentuk ikatan pi. Jadi, atom nitrogen yang terhibridisasi sp2
memiliki satu ikatan pi yang digunakan untuk membentuk ikatan rangkap dua,
mirip dengan molekul etena. Salah satu contoh atom nitrogen yang terhibridisasi
sp2 adalah isopropil-metil-amina.
Hibridisasi nitrogen
sp
Pada
nitrogen yang terhibridisasi sp, tiga orbital atom yang tak berpasangan pada
orbital hibrid sp3 tersebut dua elektronnya tereksitasi ke orbital p
sehingga terbentuk dua ikatan pi untuk membentuk ikatan rangkap tiga. Salah
satu contoh atom nitrogen yang terhibridisasi sp adalah acetonitrile.
Oksigen
Elektron pada
ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi: 1s2 2s2
2px2 2py1 2pz1,
dan oksigen merupakan atom divalen.
Hibridisasi oksigen sp3
Dengan melihat
konfigurasi elektronnya, dapat diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk dua
ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua elektron tak berpasangan
(2py dan 2pz).
Karena
oksigen mempunyai enam elektron ikatan, ia membentuk dua ikatan kovalen dan
mempunyai dua orbital berisi.
Air adalah contoh
senyawa yang mengandung oksigen sp3.
Sudut ikatan yang terbentuk sebesar 104.5˚. Diperkirakan bahwa orbital
dengan pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan H-O-H, sehingga sudut yang
terbentuk lebih kecil dari sudut ideal (109.5˚).
Ada sejumlah
senyawa organik yang mengandung atom oksigen sp3. Untuk sekarang
akan ditinjau hanya dua, yaitu alkohol dan eter: ROH dan ROR’. Ikatan terhadap
oksigen dalam alkohol dan eter adalah langsung analog dengan ikatan air. Dalam
setiap keadaan, oksigen terhibridisasi sp3 dan mempunyai dua pasang
elektron valensi menyendiri.
ETER
Hibridisasi oksigen sp2
Seperti halnya pasangan elektron bebas dalam ammonia menekan sudut ikatan H-N-H. Oksigen juga dapat terhibridisasi sp2, yaitu dengan mempromosikan satu elektronnya ke orbital p. Dalam kondisi ini, oksigen hanya memiliki satu ikatan sigma, tetapi juga memilki satu ikatan pi. Contoh molekul yang memiliki atom oksigen terhibridisasi sp2 adalah pada senyawa-senyawa karbonil.
Gugus karbon
(C=O) mengandung atom karbon sp2 yang dihubungkan dengan atom
oksigen oleh ikatan rangkap. Orang cenderung berpendapat bahwa oksigen karbonil
berada dalam keadaan hibrida sp2 seperti halnya karbon karbonil;
namun demikian ahli kimia tak terlalu yakin mengenai hibridisasi oksigen
karbonil, karena tak ada sudut ikatan yang dapat diukur.
Geometri
gugus karbonil ditentukan oleh karbon sp2. Gugus karbonil adalah
planar sekeliling karbon sp2 trigonal. Ikatan karbon-oksigen
mengandung sepasang elektron pi tersingkap. Oksigen juga mempunyai dua pasang
elektron menyendiri.
Gugus
karbonil lebih polar daripada gugus C-O dalam alkohol atau eter. Alasan yang
mungkin untuk pembesaran kepolaran ini adalah bahwa elektron piyang mobil lebih
mudah terikat ke oksigen yang elektronegatif daripada electron sigma dari C-O.
Gugus
karbonil merupakan bagian dari bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi dan
golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang terikat pada karbon karbonil.
Bila salah satu dari atom terikat pada karbon karbonil adalah hidrogen, maka
senyawa yang tersebut adalah aldehida. Bila dua karbon terikat pada karbon
karbonil, maka senyawa adalah keton.
Molekul
organik dapat mengandung lebih dari satu gugus fungsi. Dalam kebanyakan senyawa
polifungsional, setiap gugus fungsi tak bergantung satu sama lain; meskipun
demikian, tak selalu demikian halnya. Pandangan beberapa senyawa dengan ikatan
rangkap karbon-karbon lebih dari satu. Ada dua cara pokok untuk menempatkan
ikatan rangkap dalam senyawa organik. Dua ikatan rangkap yang bersumber pada
atom berdampingan disebut ikatan rangkap terkonjugasi.
Sistem
konjugasi terjadi dalam senyawa organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan
tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan memengaruhi satu sama
lainnya membentuk daerah dekolisasi elektron.Elektron-elektron pada daerah
delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik keseluruhan
sistem konjugasi ini. Sistem konjugasi secara umumnya akan menyebabkan dekolisasi
elektrondi sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini
akan meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara keseluruhan
Selain
ikatan tunggal dan ganda yang bergantian, sistem konjugasi dapat juga terbentuk
oleh keberadaan atom yang memiliki orbital-p secara paralel. Sebagai contohnya,
furan adalah cincin beranggota lima dengan dua ikatan ganda yang bergantian dan
satu atom oksigen pada posisi 1. Oksigen memiliki satu pasangan penyendirielektron
yang terisi pada orbital p, sehingga berkonjugasi dengan orbital p karbon dan
membentuk konjugasi cincin beranggota lima. Keberadaan nitrogen pada cincin
ataupun gugus α pada cincin seperti gugus karbonil,gugus amina, gugus vinil,
dan anion pula dapat menjadi sumber orbital p yang akan membentuk konjugasi.
Sistem
konjugasi memiliki sifat-sifat khas yang menyebabkan molekul tersebut memiliki
warna. Banyak pigmen memiliki sistem elektron berkonjugasi. Contohnya adalah beta
koraten yang memiliki rantai hidrokarbon berkonjugasi, mengakibatkan warna
molekul ini berwarna oranye cerah. Ketika satu elektron dalam sistem tersebut
menyerap foton pada panjang gelombang yang tepat, ia dapat dipromosikan ke aras
energi yang lebih tinggi. Kebanyakan transisi elektron ini terjadi pada
elektron orbital p ke orbital anti-ikat p (π ke π*), tetapi elektron
non ikat juga dapat dipromosikan (n ke π*).
Sistem konjugasi dengan ikatan ganda berkonjugasi yang kurang dari delapan
hanya dapat menyerap gelombang di sekitar daaerah ultraviolt, sehingga ia akan
tampak tak berwarna. Dengan penambahan ikatan ganda, sistem tersebut akan
menyerap foton dari gelombang yang lebih panjang, sehingga warna senyawa akan
tampak kuning sampai dengan merah. Senyawa yang berwarna biru ataupun hijau
umumnya tidak hanya bergantung pada sistem konjugasi untuk menampilkan warna
tersebut. Penyerapan cahaya pada spektrum ultraviolet dan cahaya tampak dapat
dikuantifikasi menggunakan spektroskopi sinar tampak dan sinar ultraviolet. Ini
merupakan dasar dari keseluruhan bidang fotokimia.
Konjugasi
pada struktur siklik menyebabkan aromatisitas senyawa tersebut. Adalah penting
untuk diperhatikan bahwa kepemilikan ikatan ganda yang berselingan bukanlah
satu-satunya kondisi yang diperlukan agar sistem konjugasi dapat cukup kuat
terbentuk. Beberapa hidrokarbon siklik seperti memiliki ikatan ganda dan
tunggal yang berselang-seling, namun karena molekul tersebut tidak memiliki
orbital p yang paralel satu sama lainnya, elektron tidak dapat berdelokalisasi
dengan mudah. Senyawa tersebut masih dapat dianggap berkonjugasi, namun ia
tidaklah termasuk antiaromatik ataupun aromatik Siklooktatetraena.
Isomer cis
dan isomer trans sering kali
memiliki sifat-sift fisika yang berbeda. Perbedaan antara isomer pada umumnya
disebabkan oleh perbedaan bentuk molekul secara keseluruhan. Perbedaan ini dapatlah
sangat kecil, seperti yang terlihat pada titik didih alkena berantai lurus
2-pentena (titik didih isomer trans 36 °C dan isomer cis 37 °C).
Perbedaan isomer cis dan trans juga dapat sangat besar, seperti pada kasus Isomer
cis senyawa ini memiliki titik didih 145 °C, sedangkan isomer transnya
75 °C. Perbedaan yang sangat besar antara kedua isomer siklooktena
disebabkan oleh terikan cincin yang besar untuk trans-siklooktena, yang juga
menyebabkannya kurang stabil dibandingkan isomer cis. Bahkan, kedua isomer asam
2-butenadioat memiliki sifat-sifat dan reaktivitas yang sangat berbeda sehingga
mempunyai nama yang berbeda pula. Isomer cisnya disebuah asam maleat,sedangkan
isomer transnya disebuatasam furamat. Pada cis-2-butena memiliki titid didih
3,7˚C dan titik leleh -139˚C. Sedangkan pada trans-2-butena memiliki titik
didih 0,9˚C dan titik leleh -105˚C. Cis-2-butena lebih cepat mencair
dibandingkan trans-2-butena karena pada cis-2-butena dalam kondisi padat jarak
antara molekul yang satu dengan yang lain dalam ikatan dekat, sehingga tolakan
antar molekul yang besar menyebabkan ikatan semakin renggang (mencair).
Sedangkan pada trans-2-butena pada keadaan padat jarak antar molekul dalam
ikatan jauh, sehingga tolakan antar molekul yang stabil (kecil) menyebabkan
ikatan sulit untuk renggang (mencair). Trans-2-butena lebih cepat mendidih
dibandingkan cis-2-butena karena pada trans-2-butena halangan sterik yang kecil
menyebabkan kerapatan elektron yang rendah sehingga kebolehjadian menemukan
elektron sedikit menyebabkan intensitas ikatan rangkap semakin kecil sehingga
mudah untuk diputus dan memerlukan entalpi yang kecil. Sedangkan pada
cis-2-butena, halangan sterik yang besar
menyebabkan kerapatan elekton yang tinggi sehingga kebolehjadian
menemukan elektron semakin banyak menyebabkan intensitas ikatan rangkap semakin
kuat sehingga sulit untuk diputs dan memerlukan entalpi yang besar. Polaritas
merupakan faktor kunci yang menentukan titik didih relatif senyawa karena ia
akan meningkatkan gaya antar molekul, sedangkan simetri merupakan faktor kunci
yang menentukan titik leleh relatif karena ia mengizinkan penataan molekul yang
lebih baik pada bentuk padat. Oleh karena itu, trans-alkena yang kurang polar
dan lebih simetris cenderung memiliki titik didih yang lebih rendah dan titik
leleh yang lebih tinggi. Sebaliknya cis-alkena secara umum memiliki titik didih
yang lebih tinggi dan titik leleh yang lebih rendah.
C. Benzena
dan Resonansi
1.Benzena
Benzena adalah senyawa organik
yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta
mempunyai bau yang manis. Rumus
struktur benzena adalah C6H6. Benzena terdiri dari
6 atom karbon
yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen
berikatan pada setiap 1 atom karbon.
Perbandingan jumlah atom C dan H-nya menunjukan benzena sangat tidak
jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang lebih mudah mengalami reaksi substitusi
daripada reaksi adisi. Hal ini terjadi karena adanya resonansi yang menyebabkan
elektron pada senyawa benzena selalu berpindah-pindah.. Pada awalnya, para ahli
kimia mengusulkan bahwa benzena mempunyai struktur alifatik dengan ikatan
rangkap dua dan tiga
Namun struktur
benzena ini ternyata tidak dapat menjelaskan sifat – sifat benzena, antara
lain:
- Benzena ternyata sangat stabil / tidak reaktif. Benzena tidak bereaksi dengan Br2 meski pada suhu tinggi, kecuali dengan menggunakan katalis. Hal ini berbeda dengan struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena yang bersifat reaktif.
- Monosubstitusi atom halogen (X) ke benzena hanya menghasilkan satu jenis senyawa, yakni C6H5X. dengan kata lain, tidak terdapat keisomeran geometri yang dimiliki struktur alifatik ikatan rangkap seperti alkena.
Pada tahun
1865, Friedrich August Kekule mengusulkan strukur benzena sebagai cincin
heksagonal yang terdiri dari 6 atom C dengan ikatan tunggal dan rangkap dua
yang bergantian antara atom – atom C. Jadi, terdapat 3 ikatan tunggal dan 3
ikatan rangkap dua dalam struktur benzena. Model ini pun digunakan
bertahun – tahun karena mampu menjelaskan sifat – sifat dan reaksi – reaksi
dari benzena.
Namun,
sejalan dengan perkembangan ilmu kimia yang semakin canggih, bukti – bukti
menunjukan bahwa struktur benzena versi Kekule tidak dapat menjelaskan
fakta – fakta berikut:
- Dengan alat difraksi sinar-X, diketahui panjang ikatan tungga C-Cnya adalah 0,154 nm dan panjang ikatan rangkap C=Cnya 0,133 nm. Jika benzena memiliki struktur Kekule, maka benzena akan memiliki dua panjang ikatan yang berbeda untuk ikatan tunggal dan ikatan rangkap. Namun, pengukuran menunjukan benzena hanya memiliki 1 panjang ikatan sebesar 0,139 nm yang menunjukan semua ikatan dalam benzena sama / setara, yakni berada di antara panjang ikatan tunggal dan rangkap.
- Jika benzena memiliki 3 ikatan rangkap dua seperti model Kekule, maka kerekatifan ikatan – ikatan tersebut harus sama dengan ikatan rangkap dua pada alkena, yakni dapat bereaksi secara adisi. Pada kenyataanya, banyak benzena yang terlibat dalam reaksi substitusi.
- Perhitungan termokimia menunjukan kalor pembentukan gas benzena dari unsur – unsurnya adalah +252 kJ/mol, jika benzena memiliki struktur seperti model Kekule. Namun, pengukuran menunjukan kalor pembentukan benzena hanya +82 kJ/mol. Hal ini membuktikan struktur benzena yang sebenarnya jauh lebih stabil dibandingkan struktur yang diusulkan Kekule.
Berdasarkan
fakta – fakta tersebut, tahun 1931 Linus Pauling merumuskan struktur benzena
sebagai struktur yang berada di antara dua struktur Kekule yang memungkinkan.
Struktur ini disebut hibrid resonansi. Pada struktur resonansi ini, terlihat
bawa semua ikatan antara atom – atom C dalam cincin adalah setara. Elektron –
elektron yang membentuk ikatan – ikatan antar atom – atom C digunakan bersama
oleh seluruh atom C, membentuk sistem delokalisasi yang sangat stabil.
Delokalisasi elektron (elektron – elektron dalam benzena dapat bergerak bebas
mengelilingi cincin benzena sehingga dikatakan elektron – elektron ini
mengalami delokalisasi) Secara keseluruhan, struktur ini dapat menjelaskan
panjang ikatan benzena dan kerekatifan benzena yang rendah karena ikatan dalam
cincin berada di antar ikatan tunggal dan ikatan rangkap, serta stabilitas
termodinamika benzena yang tinggi karena resonansi memiliki energi yang lebih
rendah dibandingkan kedua struktur Kekule yang memungkinkan tersebut.
Dalam persamaan berikut suatu atom Br telah menggantikan atom H dan cincin,
sehingga namanya reaksi substitusi. Karena substitusi ini terjadi pada
cincin aromatik, reaksinya disebut suatu reaksi substitusi aromatik.
resonansi memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan kedua struktur Kekule yang memungkinkan tersebut.
Benzena merupakan senyawa tak jenuh
(memiliki ikatan rangkap) yang lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada
reaksi adisi. Hal ini terjadi karena adanya resonansi yang menyebabkan elektron
pada senyawa benzena selalu berpindah-pindah. Ikatan rangkap merupakan kumpulan
elektron. Jika suatu pereaksi, seperti bromin atau asam halida direaksikan
dengan benzena, kumpulan elektron pada ikatan rangkap benzena akan
terdelokalisasi ke ikatan tunggal sehingga ikatan tunggal tersebut berubah
menjadi ikatan rangkap. Hal ini berlangsung terus-menerus sehingga menyulitkan
terjadinya reaksi adisi.
Dalam persamaan berikut suatu atom Br telah menggantikan atom H dan cincin,
sehingga namanya reaksi substitusi. Karena substitusi ini terjadi pada
cincin aromatik, reaksinya disebut suatu reaksi substitusi aromatik.
Mekanisme dan reaksi substitusi aromatik dimulai dengan serangan oleh
elektrofil pada elektron pi dan cincin benzen, karena itu reaksi ini disebut
reaksi substitusi elektrofil.Semua reaksi substitusi aromatik elektrofil
berjalan dengan mekanisme yang sama, biasanya ditulis dengan tanda E+ untuk
menandakan elektrofil. Dalam mekanisme ini kita memakai rumus bangun Kekule
untuk benzen agar kita dapat menelusuri elektron pi. Walaupun biasanya kita
tidak menuliskan atom H dalam cincin benzen tapi agar jelas, di sini akan
ditulis.
Dalam langkah 1, sepasang elektron pi dan awan aromatik pi diberikan untuk membentuk ikatan sigma dengan E+. Langkah ini menyebabkan karbon atom yang berdekatan dalam cincin dikelilingi hanya oleh enam elektron, karbon ini membawa muatan positip.
Intermediate yang bermuatan positif ini kadang-kadang dinamakan ion
benzenonium (dan benzene dan onium) hampir menyerupai kation
beralil. Seperti juga kation beralil, intermidiate karbokasi in distabilkan
secara resonansi.
Pada langkah kedua dan reaksi karbokasi memberikan sebuah proton (H+)
kepada suatu basa yang berada dalam campuran reaksi. Pasangan elektron ikatan
sigma dan ikatan C — H diubah menjadi elektron pi, maka awan aromatik pi timbul
kembali sehingga suatu hasil substitusi terbentuk.
Walaupun suatu karbokasi dan suatu alkana dapat mengalami addisi dan sebuah
nukleofil untuk menghasilkan suatu hasil addisi, suatu ion benzenonium tidak
dapat beraddisi sebab ion ini akan merusak awan aromatik pi dan stabilitas resonansi
dan cincin benzen akan hilang. Intermediate akan menjalani reaksi dengan energi
yang terendah sehingga stabilisasi dan resonansi cincin benzen akan didapat
kembali.
Trinitrotoluena
(TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat berwarna kuning pucat
yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C). Trinitrotoluena adalah bahan peledak
yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan
dengan nitrasi toluene C6H5CH3;
rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3,
and IUPAC name
2,4,6-trinitrotoluene.
Dalam
industri, TNT diproduksi dalam tiga langkah proses. Pertama, toluene dinitrasi dengan campuran sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mono-nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut
dipisahkan dan kemudian renitrated ke dinitrotoluene atau DNT. Pada langkah terakhir,
DNT tersebut dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT menggunakan anhidrat campuran asam nitrat dan oleum. Asam nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan
asam sulfat encer dapat reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi,
TNT distabilkan dengan proses yang disebut sulphitation, dimana TNT mentah
dicapurkan dengan natrium sulfit encer untuk menghapus isomer kurang stabil
dari TNT dan produk reaksi lainnya yang tidak diinginkan. Air bilasan dari
sulphitation dikenal sebagai air merah dan merupakan polutan yang signifikan
dan produk limbah dari pembuatan TNT.
Pengendalian
nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat
penting karena bebas nitrogen dioksida dapat menyebabkan oksidasi
kelompok metil dari toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai dengan
risiko berupa ledakan.Di
laboratorium, 2,4,6-trinitrotoluene dihasilkan oleh proses dua langkah.
Campuran penitrasi dari nitrat pekat dan asam sulfat digunakan untuk nitrat
toluena untuk campuran mono- dan di-nitrotoluene isomer, dengan pendinginan
untuk mempertahankan kontrol suhu. Nitrasi toluena kemudian dipisahkan, dicuci
dengan natrium bikarbonat encer untuk menghilangkan
nitrogen oksida, dan kemudian dengan hati-hati nitrasi dengan campuran asam nitrat berasap dan asam sulfat.
Menjelang akhir nitrasi, campuran dipanaskan pada dengan uap. Trinitrotoluene
dipisahkan, dicuci dengan larutan encer natrium sulfit dan kemudian direkristalisasi dari alkohol.
Resonansi
Struktur
resonansi adalah salah satu dari dua atau lebih struktur Leweis untuk satu
molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya menggunakan satu
struktur Lewis. Tanda panah dua arah menyatakan bahwa struktur-struktur
yang diberikan merupakan struktur resonansi.
Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu. Seperti seorang Eropa pada abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Afrika, yang menjelaskan bahwa badak adalah hasil persilangan antara griffin dan unicorn, dua binatang yang terkenal tetapi hanya khayalan, kita menggambarkan ozon yang merupakan molekul nyata, dalam dua struktur yang terkenal tetapi tidak nyata.
Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktur resonan disebut dengan hibrida resonan.
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
Istilah resonansi berarti penggunaan dua atau lebih struktur Lewis untuk menggambarkan molekul tertentu. Seperti seorang Eropa pada abad pertengahan yang melakukan perjalanan ke Afrika, yang menjelaskan bahwa badak adalah hasil persilangan antara griffin dan unicorn, dua binatang yang terkenal tetapi hanya khayalan, kita menggambarkan ozon yang merupakan molekul nyata, dalam dua struktur yang terkenal tetapi tidak nyata.
Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari struktur resonan disebut dengan hibrida resonan.
Molekul atau ion yang dapat beresonansi mempunyai sifat-sifat berikut:
- Dapat dituliskan dalam beberapa struktur Lewis yang disebut dengan struktur resonan. Tetapi tidak satupun struktur tersebut melambangkan bentuk asli molekul yang bersangkutan.
- Di antarastruktur yang saling beresonansi bukanlah isomer.
- Masing-masing struktur struktur Lewis harus mempunyai jumlah elektron valensi dan elektron tak berpasangan yang sama.
- Ikatan yang mempunyai orde ikatan yang berbeda pada masing-masing struktur tidak mempunyai panjang ikatan yang khas.
- Struktur yang sebenarnya mempunyai energi yang lebih rendah dibandingkan energi masing-masing struktur resonan.
Permasalahan:memgapa Sistem konjugasi memiliki sifat-sifat khas yang menyebabkan molekul tersebut memiliki warna.?
Daftar Pustaka
Fessenden RJ and JS. Fessenden, Kimia Organik, Jld 1 dan 2, 3ed. Terjemahan A.H. Pudjatmaka, Penerbit Erlangga, 2005.
Sebutkan kegunaan dari senyawa turunan benzene yaitu fenol!
BalasHapus1. Toluena
Hapus(metil benzena) - bahan pembuatan asam benzoat
- bahan pembuat TNT (trinitro toluena)
- pelarut senyawa karbon
2. Asam Benzoat (karboksilatbenzena) - pengawet makanan
- bahan baku pembuatan Fenol
3. Fenol (hidroksibenzena / fenil alkohol) - Zat antiseptik
- zat disinfektan
- Pembuatan pewarna
- resin
4. Trinitro Toluen (TNT) -bahan peledak
5. Trinitro benzena (TNB) - bahan peledak
6. Nitro benzena - pewangi pada sabun
- pembuatan anilin
7. Anilin (aminobenzena / fenil amina) - obat-obatan - bahan peledak
- bahan dasar zat warna diazo
9. Stirena - bahan pembuatan plastik dan karet sintetis
9. Asam salisilat - bahan obat / zat analgesik (aspirin)
- obat penyakit kulit
10. Asam tereftalat -bahan serat sintetik polyester
11. Parasetamol (asetaminofen) - obat penurun panas
12. Benzal dehida - zat aditif penambah aroma makanan
13. Benzil alkohol - bahan pelarut
14. Halogen benzena - digunakan pada pembuatan cat dan pembuatan insektisida.
15. Asam benzena sulfonat - pembuatan obat
-pemanis buatan (sakarin termasuk turunan asam benzena sulfonat)
Perbandingan jumlah atom C dan H dari benzena menunjukan bahwa benzena sangat tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada reaksi adisi.
BalasHapusYang ingin saya tanyakan, mengapa demikian?
Ikatan rangkap pada benzena berbeda dengan ikatan rangkap pada alkena. Ikatan rangkap pada alkena dapat mengalami reaksi adisi, sedangkan ikatan rangkap pada benzena tidak dapat diadisi, tetapi benzena dapat bereaksi secara substitusi. Contoh:
HapusReaksi adisi : C2H4 + Cl2 → C2H4Cl2
Reaksi substitusi : C6H6 + Cl2 → C6H5Cl + HCl
Menurut Friedrich August Kekule, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara siklik membentuk segienam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing 120°. Ikatan antaratom karbon adalah ikatan rangkap dua dan tunggal bergantian (terkonjugasi).
Struktur Benzena
Analisis sinar-X terhadap struktur benzena menunjukkan bahwa panjang ikatan antaratom karbon dalam benzena sama, yaitu 0,139 nm. Adapun panjang ikatan rangkap dua C=C adalah 0,134 nm dan panjang ikatan tunggal C–C adalah 0,154 nm. Jadi, ikatan karbon-karbon pada molekul benzena berada di antara ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal. Hal ini menggugurkan struktur dari Kekule.
Berdasarkan hasil analisis sinar-X maka diusulkan bahwa ikatan rangkap pada molekul benzena tidak terlokalisasi pada karbon tertentu melainkan dapat berpindah-pindah (terdelokalisasi). Gejala ini dinamakan resonansi.
Selamat malam heni, saya ingin bertanya apa yang membuat sebuah mobil lebih mudah terikat keoksigen yang elektronegatif daripada elektron sigma dari C-O. Mohon bantuannya.
BalasHapusGugus karbonil adalah planar sekeliling karbon sp2 trigonal. Ikatan karbon-oksigen mengandung sepasang elektron pi tersingkap. Oksigen juga mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Gugus karbonil lebih polar daripada gugus C-O dalam alkohol atau eter. Alasan yang mungkin untuk pembesaran kepolaran ini adalah bahwa elektron piyang mobil lebih mudah terikat ke oksigen yang elektronegatif daripada electron sigma dari C-O. Gugus karbonil merupakan bagian dari bermacam-macam gugus fungsi. Gugus fungsi dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang terikat pada karbon karbonil. Bila salah satu dari atom terikat pada karbon karbonil adalah hidrogen, maka senyawa yang tersebut adalah aldehida.
HapusSelamat malam heni saya akan menambahkan sedikit tentang aturan
BalasHapusUntuk menggambarkan bentuk resonansi dengan benar, kita harus mematuhi beberapa aturan berikut ini:
a. Masing-masing bentuk resonan adalah imajiner, tidak nyata. Bentuk yang nyata adalah bentuk hibrid.
b. Bentuk resonan hanya berbeda pada posisi ikatan π dan pasangan elektron bebas.
Dalam struktur resonansi tidak terjadi perubahan posisi atom. Lihat resonansi nitrometana, hanya posisi ikatan π dalam ikatan N=O dan pasangan elektron bebas dari O - saja yang berbeda satu sama lain. Hal yang sama juga terjadi dengan benzena. Elektron π dalam ikatan rangkap berpindah sebagaimana yang diperlihatkan dengan anak panah. Akan tetapi, atom karbon dan hydrogen tetap pada posisi masing-masing
c. Bentuk resonan yang berbeda dari satu senyawa tidak memiliki ekivalensi
Contohnya adalah aseton yang direaksikan dengan suatu basa kuat. Hasilnya adalah anion aseton dan memiliki dua bentuk resonan. Yang satu memiliki ikatan rangkap C=O dengan muatan negatif pada salah satu karbon, sedangkan bentuk keduanya memiliki ikatan rangkap C=C dan muatan negatif pada atom oksigen. Kedua bentuk resonan tersebut tidak ekivalen, karenanya tidak memiliki bentuk hibrid dari kedua resonansi tersebut.
d. Bentuk resonansi harus valid berdasarkan struktur Lewis, dan mematuhi aturan valensi normal
Struktur resonansi seperti halnya struktur senyawa lain, harus memenuhi aturan oktet. Salah satu contohnya adalah satu dari resonan ion asetat tidak valid karena atom karbonnya memiliki lima ikatan dan sepuluh elektron ikatan
e. Bentuk hibrida resonan lebih stabil dibandingkan bentuk resonan secara individual.
Dengan kata lain, resonansi akan mengarahkan pada stabilitas. Semakin banyak bentuk resonannya maka senyawa tersebut semakin stabil.
Terimakasih yulisa..
Hapusmengapa Konjugasi pada struktur siklik menyebabkan aromatisitas pada senyawa?
BalasHapusSistem konjugasi terjadi dalam senyawa organik yang atom-atomnya secara kovalen berikatan tunggal dan ganda secara bergantian (C=C-C=C-C) dan memengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah delokalisasi elektron. Elektron-elektron pada daerah delokalisasi ini bukanlah milik salah satu atom, melainkan milik keseluruhan sistem konjugasi ini. Contohnya, fenol (C6H5OH memiliki sistem 6 elektron di atas dan di bawah cincin planarnya sekaligus di sekitar gugus hidroksil.
HapusSistem konjugasi secara umumnya akan menyebabkan delokalisasi elektron di sepanjang orbital p yang paralel satu dengan sama lainnya. Hal ini akan meningkatkan stabilitas dan menurunkan energi molekul secara keseluruhan